Tidak sedikit anak muda Indonesia yang sudah berkarya dan mengharumkan nama bangsa di kancah internasional. Mereka konsisten berprestasi di bidangnya masing-masing dan berhasil membuktikan bahwa anak bangsa juga bisa bersaing secara global. Salah satunya adalah kakak beradik Mischka Aoki dan Devon Kei yang menjadi wakil Indonesia memenangkan olimpiade matematika tingkat dunia.
Prestasi terbaru dari anak seorang desainer Indonesia yang menjadi langganan selebritis Hollywood Winnie Aoki mendapatkan Diamond Medal (Devon Kei) dan Silver Medal (Mischka Aoki) dari International World Mathematics Invitational WMI 2021 untuk Indonesia.
Bahkan prestasi kakak beradik ini mendapat apresiasi langsung oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim dalam unggahan di akun Instagram resminya.
Tidak banyak anak-anak yang menyukai mata pelajaran matematika, namun saat melangsungkan podcast yang ditayangkan di channel youtube Direktorat Jenderal PAUD, Dikdas dan Dikmen pada 07 Maret 2022, keduanya kompak mengatakan sangat menyukai matematika karena menyenangkan dan menantang.
Menurut Devon Kei Enzo dengan belajar matematika, juga sekaligus dapat belajar logika, dan berfikir secara kreatif. Karena matematika adalah cara untuk menyelesaikan soal-soal. Alasan lainnya Devon sendiri menyukai matematika karena menurutnya matematika itu black and white, alias Ilmu pasti.
“Jadi matematika itu black or white yaitu benar atau salah. Misalnya 4x3 hasilnya akan selalu 12, tidak bisa 11 atau 13, inilah salah satu alasan lain kenapa aku suka matematika,” ujarnya.
Terkait olimpiade Devon bercerita ia dan kakaknya memang suka mengikuti olimpiade, karena dengan berpartisipasi dalam sebuah ajang kompetisi maka akan tertantang untuk mempelajari hal-hal yang lebih maju.
“Dengan mengikuti olimpiade ini kita belajar sesuatu di luar zona nyaman kita, sehingga pada akhirnya bisa menjadi pribadi yang lebih baik. Dan kami memang suka tantangan, suka matematika dan sains. Melalui olimpiade kami bisa belajar bersama dan saling bertukar pikiran dalam mempersiapkan diri untuk olimpiade,” tutur anak yang bercita-cita ingin menjadi seperti Elon Musk ini.
Selama mengikuti kompetisi yang paling berkesan menurut Devon adalah saat memenangkan diamond medal di kompetisi WMI ( World Mathematics Invitational ) tahun 2021. Karena menjadi diamond medal pertama. Sebelumnya pada tahun 2019 Devon juga sempat WMI ( World Mathematics Invitational ) di Fukuoka Jepang, berkompetisi dengan ribuan siswa dari berbagai negara lainnya.
Tidak mudah konsisten dalam mempertahankan prestasi butuh motivasi dan dukungan baik dari luar maupun dari dalam diri sendiri. Bagi Devon motivasi yang membuat ia semangat untuk terus berprestasi adalah dengan memiliki satu tujuan, karena setiap orang penting memiliki tujuan masing-masing misalnya ada orang yang ingin masuk ke universitas impiannya, ada yang ingin memenangkan award, ada juga yang ingin memenangkan medali, dan ada juga mereka yang hanya ingin membuktikan pada dirinya bisa mencapai tujuan tersebut.
“Keinginan untuk meraih tujuan tersebut menjadi sebuah dorongan agar kita terus bersemangat untuk berprestasi. Kalau kita menghadapi tantangan atau kegagalan, tujuan ini yang akan membuat kita bangkit lagi, mendorong kita untuk terus bersemangat mengejar prestasi dan tujuan kita. Selain itu dukungan orang tua, teman, guru juga sangat penting sekali,” ujarnya pria muds yangs angat menggemari dunia teknologi tersebut.
Tidak lupa Devon juga membagi tipsnya dalam membagi waktu antara belajar untuk sekolah, bermain dan belajar untuk mengikuti olimpiade. Terkadang ia juga merasa dikejar waktu karena jadwal yang padat. Seperti jadwal sekolah yang cukup lama dari jam 07:30 WIB hingga 16:00 WIB, setelah itu ia juga masih harus mengerjakan tugas-tugas dan belum lagi kalau ada olimpiade.
“Jadi kita sudah memiliki jadwal dan harus tertib dengan jadwal tersebut. Misalnya setelah sekolah, harus mengerjakan tugas, kemudian baru istirahat dengan refreshing seperti berenang, nonton, mandi atau makan. Setelah itu baru belajar matematika untuk olimpiade,” tuturnya.
Tidak lupa Devon juga mengajak semua anak-anak generasi muda Indonesia untuk terus semangat dalam berprestasi. “Jangan takut untuk mencoba dan jangan takut gagal, melainkan harus rajin belajar agar bisa mengembangkan bakat dan kemampuan kita untuk meraih tujuan,” tutupnya penuh dengan motivasi.
Sementara itu kaka Devon, Mischka Aoki yang juga turut hadir dalam podcast tersebut membenarkan jika keduanya sudah sering mengikuti kompetisi matematika dan sains internasional, bahkan dari saat keduanya menginjak kelas 3 dan kelas 4 Sekolah Dasar.
Awal mula dari dorongan guru di sekolah untuk mengikuti kompetisi antar kelas lanjut Mischka, seperti Mathematics Science Competition atau Battle of the Brain dan kompetisi tingkat nasional, hingga akhirnya keduanya pun memberanikan diri untuk mengikuti kompetisi internasional.
“Kompetisi pertama yang kita ikuti adalah ICAST ( International Conference on Applied Science and Technology ) yaitu kompetisi yang terdiri dari matematika, sains, dan writing dari Australia,” tuturnya Kompetisi yang paling berkesan menurut Mischka adalah SIMOC ( Singapore International Math Olympiad Challenge ) kompetisi ini dilakukan individual dan grup. Di grup ini sangat menarik karena peserta disatukan dengan siswa dari negara lain dan tetap harus komunikasi.
“Ini adalah International Sustainability Challenges Climate Actions, kita harus membuat satu video untuk mendorong dan memberitahu orang-orang untuk peduli lingkungan kita. Saya bersyukur bisa meraih peringkat pertama dan karya saya ditayangkan di Forum COP26 di Glasgow, Scotlandia,” kata Mischka.
Senada dengan yang dikatakan Devon, keduanya memang sudah memiliki jadwal yang teratur dan konsisten dalam belajar, baik belajar untuk sekolah maupun belajar untuk mengikuti olimpiade seperti membuat jadwal di kertas atau kalender.
“Kami selalu membuat jadwal hari ini akan melakukan apa, selesai sekolah ada tugas apa saja yang harus dikerjakan dahulu tetapi kalau di hari sabtu atau minggu, kita punya lebih banyak waktu untuk mengejar persiapan olimpiade,” tutur gadis yang penyuka graphic design tersebut menjelaskan.
Ia juga menambahkan kalau ada satu kompetisi keduanya selalu berada di tingkat yang berbeda, namun keduanya selalu saling mendukung. Mischka mengungkapkan dari kecil orang tua mereka selalu mengajarkan untuk saling mencintai karena keluarga nomor satu dan sangat penting.
“Kita saling mendukung, biasanya kalau Devon mendapatkan satu diamond medal dan saya mendapatkan silver medal, saya senang dan mengapresiasinya begitupun juga Devon selalu mengapresiasi aku dengan mengucapkan selamat,” ujar perempuan yang ingin bekerja di dunia hukum tersebut.
Yuk, simak obrolan menarik Mischka dan Devon di Podcast Ditjen PAUD, Dikdas dan DIkmen dengan klik link berikut ini! https://www.youtube.com/watch?v=EA0hmA5T1tM