Di Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat, Episode Ke-7 Merdeka Belajar, yaitu Program Sekolah Penggerak (PSP), berhasil melahirkan transformasi pembelajaran. Berangkat dari manfaat ini, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lombok Timur bersama 43 kepala satuan pendidikan pelaksana PSP Angkatan I, menyelenggarakan Gebyar Sekolah Penggerak jenjang TK/PAUD, SD, dan SMP se-Kabupaten Lombok Timur.
(I)
KAMIS pagi, tanggal 16 Mei, di halaman Kantor Bupati Lombok Timur, Lalu Cahya Haliman Hardiansyah, siswa SMPN 2 Masbagik, terlihat membantu teman-temannya menyiapkan pameran karya siswa. Mengenakan pakaian khas Suku Sasak yang berwarna hitam dan ikat kepala sapuq, ia nampak cekatan memajang beberapa karya siswa di etalase tenda sarnafil.
Usai melaksanakan tugas, siswa yang akrab disapa Ardian ini bercerita bahwa sekarang pembelajaran di sekolahannya makin menyenangkan seiring kehadiran Projek Penguatan Profi Pelajar Pancasila (P5).
“Soalnya kita bisa melakukan hal-hal lain yang ada di sekolah. Bukan hanya membaca dan menulis saja,” ujarnya.
Waktu P5, Ardian bersama teman-temannya membuat piring menggunakan sapu lidi.
“Kerjasama dengan teman. Sama-sama capek, senangnya di situ. Terus nanti kita bisa menikmati hasilnya,” katanya senang.
Selain itu, Ardian juga pernah membuat ecobrick yang kini ia pajang di salah satu sudut tenda sarnafil. Ecobrick adalah kreasi kerajinan yang terbuat dari limbah atau sampah plastik yang revolusioner karena manfaatnya sangat besar bagi kehidupan manusia.
Kegiatan P5 dan Kurikulum Merdeka yang telah diterapkan di SMPN 2 Masbagik, kata Ardian, berhasil menumbuhkan nalar kritis. “Saya merasa dapat berpikir kritis dan dapat mengusulkan pendapat sendiri,” pungkasnya.
Melihat pengakuan siswanya, Kepala SMPN 2 Masbagik, Sihabuddin, membenarkan bahwa P5 menjadi kegiatan yang disukai oleh siswa-siswanya.
“Pembelajaran projek untuk menguatkan Profil Pelajar Pancasila itu menjadi tantangan tersendiri bagi bapak/ibu guru, dan juga menjadi nuansa tersendiri bagi siswa. Kenapa? Karena sebelumnya, projek itu lebih kepada mata pelajaran, lebih pada produk atau hasil. Tapi kalau di P5 ini intinya menguatkan Profil Pelajar Pancasila. Adapun hasil karya anak itu adalah semacam bonus, seperti yang digelar pada hari ini,” jelas Sihabuddin sambil menunjukkan beberapa karya siswa-siswanya.
Sihabuddin melanjutkan bahwa kehadiran PSP yang mengenalkan Kurikulum Merdeka, telah mengubah paradigma guru-gurunya.
“Sebelumnya guru cenderung mendominasi. Tapi sekarang, Kurikulum Merdeka berfokus pada peserta didik. Jadi siswa itu didorong untuk lebih kreatif, lebih mandiri,” terangnya.
Penjelasan Sihabuddin di atas diamini Eka Arnika Wardani, Guru Ardian.
“Hasil pengamatan kami selaku guru di SMPN 2 Masbagik, perubahan memang sangat signifikan, terutama dalam hal mengembangkan bakat dan kemampuan anak. Bakat mereka sudah bisa kami kembangkan secara terarah dengan adanya Kurikulum Merdeka ini,” pungkasnya.
Sementara itu, Izzudin, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lombok Timur, membenarkan bahwa PSP berhasil mewujudkan transformasi pembelajaran di sekolah.
“Oh iya, itu benar,” ujarnya.
Mengingat hal itu, lanjut Izzudin, lembaga yang ia nahkodai berkolaborasi dengan 43 sekolah pelaksana PSP Angkatan I menyelenggarakan Gebyar Sekolah Penggerak Angkatan 1 jenjang TK/PAUD, SD, SMP se-Kabupaten Lombok Timur. Menurutnya, kegiatan ini sekaligus untuk memeriahkan Hari Pendidikan Nasional Tahun 2024.
“Ini kan puncak Hardiknas Tahun 2024, yang mana kita rencanakan untuk gelar karya anak-anak, yang sejak awal kita rencanakan,” jelas Izzudin.
(II)
WAKTU menunjukkan pukul 8.30 WITA. Terdengar suara pareret yang melengking tinggi, berpadu dengan suara gendang beleq, dan terumpang. Suara-suara yang dihadirkan alat musik khas Suku Sasak ini adalah petanda bahwa Parade Sekolah Penggerak dimulai.
Dari kejauhan, nampak barisan siswi membawa spanduk dan beberapa bendera. Tiga siswi berkerudung kuning yang berjalan paling depan, memegang spanduk ukuran 2x1 m dengan tulisan Parade Sekolah Penggerak Angkatan I, Bergerak Bersama Lanjutkan Merdeka Belajar. Di belakangnya, tiga siswi berseragam putih dan hitam berbaris rapi sambil membawa bendera dengan Logo Pemerintah Daerah Lombok Timur, Tut Wuri Handayani, dan PSP. Enam siswi di belakangnya membawa Bendera Merah Putih.
Barisan belakang adalah siswa yang memainkan alat musik khas Suku Sasak. Mereka mengenakan pakaian khas Suku Sasak yang didominasi warna hitam dengan ikat kepala bernama sapuq. Pakaian yang dikenakan hampir sama dengan sebagian besar peserta Gebyar Sekolah Penggerak. Suasana ini, sangat mencerminkan Merdeka Belajar Episode ke-17 tentang Revitaisasi Budaya Daerah. Apalagi ada tarian gandrung, parade 1000 dulang, dan pertunjukan Sorong Serah Aji Krame Adat Sasak, menambah suasana Gebyar Sekolah Penggerak kental dengan kearifan lokal suku asli Pulau Lombok ini.
Di atas podium, Pj Bupati Lombok Timur, H.Muhammad Juaini Taofik, mengaku bangga terhadap penyelenggaraan Gebyar Sekolah Penggerak Angkatan I jenjang TK/PAUD, SD, SMP se-Kabupaten Lombok Timur.
“Atas nama Pemerintah Kabupaten Lombok Timur, kami mengucapkan selamat atas pelaksanaan Gebyar Sekolah Penggerak yang sungguh luar biasa, dan mari kita berikan applaus terhadap acara ini,” ujarnya.
“Saya ingat sambutan Bapak Menteri saat Hari Pendidikan Nasional kemarin, bahwa sekolah penggerak ini sudah melewati ombak yang besar, sudah mampu melewati karang yang begitu kuat, dan hari ini kita saksikan hasilnya, walaupun hanya 3 tahun, tetapi kemampuan dari sekolah penggerak, guru penggerak, dan organisasi penggerak sungguh luar biasa. Sekali lagi, kita berikan applaus,” tegasnya.
“Kita harapkan pendidikan dari waktu ke waktu semakin baik, semakin berkualitas, sehingga Indonesia Emas 2045 itu insyaAllah dapat kita wujudkan,” pungkasnya.
Gebyar Sekolah Penggerak Angkatan I jenjang TK/PAUD, SD, SMP se-Kabupaten Lombok Timur itu, ditandai dengan pelepasan burung merpati oleh Pj Bupati Kabupaten Lombok Timur beserta jajarannya, didampingi Kepala BPMP NTB, Kepala BGP NTB dan Kepala Kantor Bahasa NTB.
(III)
WAJAH bahagia terpancar di wajah Izzudin. Ia tak menyangka Gebyar Sekolah Penggerak Angkatan I jenjang TK/PAUD, SD, SMP se-Kabupaten Lombok Timur berjalan lancar, sukses, dan meriah karena diikuti 1.726 orang. Padahal sebelumnya ia sempat kuatir.
“Iya, ini saya pesimis sebetulnya, walaupun saya warning harus kita capai 1000 orang untuk mecah Muri. ternyata lebih, gitu kan,” ujarnya senang.
Ribuan orang itu berasal dari berbagai stakeholder pendidikan, mulai dari Pj. Bupati Lombok Timur, sekretaris daerah, kepala dinas pendidikan dan kebudayaan beserta seluruh pegawainya, Kepala BPMP NTB, Kepala BGP NTB, Kepala Kantor Bahasa NTB, koordinator sekolah pelaksana PSP, pengawas sekolah, komite sekolah, kepala sekolah, guru, dan siswa-siswa dari sekolah pelaksana PSP Angkatan I, II, III dan sekolah lainnya se-Kabupaten Lombok Timur. Ada juga orang tua dan warga sekitar Kantor Bupati Lombok Timur.
Dalam kegiatan itu, ada sekitar 15 tenda sarnafil yang menampilkan karya siswa-siswi dari beberapa sekolah pelaksana PSP Angkatan I jenjang TK/PAUD, SD, SMP se-Kabupaten Lombok Timur,.
Izzudin mengatakan bahwa kemeriahan kegiatan seperti Gebyar Sekolah Penggerak itu, dulu pernah ada. Tapi sudah lama.
“Dulu pernah, di acara Hari Jadi Lombok Timur. Nah karena tidak pernah diselenggarakan, kita cobalah bangkitkan dengan event ini yang mengangkat tema Hardiknas,” ceritanya.
Izzudin menambahkan bahwa kelancaran, kesuksesan dan kemeriahan penyelenggaraan Gebyar Sekolah Penggerak, karena kolaborasi berbagai pihak terutama para kepala sekolah pelaksana PSP Angkatan I, yang mayoritas terdiri dari ibu-ibu.
“Saya terharu gitu dengan persiapan pada kegiatan yang begini besar, kita tidak pernah merencanakan seperti ini. Saya juga kaget. Pikir saya, kemarin standnya hanya berapa, tiba-tiba malamnya saya kontrol… waduh, ternyata banyak,” ungkapnya.
“Saya apresiasi. Teman-teman PSP Angkatan I ini punya semangat, mereka semangat semua, terutama sekali kepala sekolahnya. Makanya tadi saya menyampaikan, di balik sukses laki-laki ada perempuan hebat. Karena rata-rata perempuan kepala sekolahnya. sampai malam-malam mereka ada di sini. Beneran,” tambahnya takjub.
Izzudin berharap, Gebyar Sekolah Penggerak Angkatan I akan diikuti oleh sekolah PSP Angkatan II dan III.
“Karena kita undang semuanya, PSP I, II, dan III itu hadir semua guru gurunya, semua kepala sekolah, semua UPTD, dan anak-anak di Kecamatan Selong, agar bisa menikmati karya teman-temannya,” pungkasnya.
Sementara itu, H. Hasni, Pj. Sekretaris Daerah Kabupaten Lombok Timur, berharap Gebyar Sekolah Penggerak dapat memotivasi satuan pendidikan lainnya di Lombok Timur.
“Dengan adanya 43 sekolah penggerak ini, kami berharap mereka memberikan penularan ke sekolah-sekolah yang lain atau berdampak ke sekolah-sekolah yang lain,” ujarnya.
Hasni mengungkapkan bahwa PSP telah berhasil mengubah mindset kepala sekolah dalam memimpin lembaga pendidikan dan para guru dalam memipin pembelajaran.
“Kita dari masa lalu, yang pada proses pembelajarannya lebih banyak menghafal. Nah saat ini, proses pembelajarannya dapat menumbukan kreativitas dari anak-anak kita. Ini bagus untuk menyongsong Indonesia emas,” harapnya.
(IV)
SEKIRA pukul 11.00 WITA, rangkaian acara Gebyar Sekolah Penggerak Angkatan I telah selesai. Di bawah panggung, ada sekelompok siswa bermain alat musik pareret, gendang beleq, dan terumpang. Sementara di atas panggung, beberapa siswa menyuguhkan penampilan seni tari dan olah vokal.
Hasni menilai bahwa Gebyar Sekolah Penggerak Angkatan I adalah manifestasi dari Gerakan Merdeka Belajar.
“Gerakan itu dibuktikan hari ini kan, kita melihat di gebyar ini dampak dari gerakan dari sekolah penggerak, guru penggerak, ini muncul kreativitas dari anak-anak kita dan guru-guru kita dengan menampilkan karya siswa di stand-stand tadi. Itu banyak hal yang ditampilkan oleh guru dan anak-anak kita,” ungkapnya.
Hasni menambahkan bahwa di Kabupaten Lombok Timur, baik eksekutif maupun legislatifnya, sama-sama mendukung Episode-episode Merdeka Belajar seperti PSP dan Program Guru Penggerak (PGP).
“Baik eksekutif maupun legislatif sangat mendukung terhadap keberadaan dari guru penggerak, sekolah penggerak, yang InsyaAllah sesuai dengan arahan Pak Menteri bahwa pendidikan ini berdampak kepada anak-anak kita di masa depan, bisa lebih kreatif untuk menyongsong Indonesia emas sesuai dengan RPJMN 2025-2045,” tegasnya.
Sementara itu, Katman, Kepala BPMP NTB menilai bahwa Gerakan Merdeka Belajar di Kabupaten Lombok Timur dapat diwujudkan karena kabupaten ini menjadi yang terdepan dalam adopsi intervensi PSP dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di Provinsi NTB.
“Sehingga pelaksanaan selebrasi besar-besaran ini pun berhasil dilaksanakan,” ujarnya.
“Sangat tampak banget bahwa itu adalah kolaborasi pada level pelaksana di satuan pendidikan. Jadi dinas pendidikan berhasil memfasilitasi aktor-aktor penggerak yang ada di level sekolah untuk bisa mengekspos keberhasilan mereka melalui gebyar ini,” pungkasnya.
Sedangkan Suka, Plt. Kepala BGP NTB menambahkan bahwa Gebyar Sekolah Penggerak itu dilaksanakan secara swadya.
“Ada kegiatan Gebyar PSP Angkatan I juga luar biasa, yang didukung oleh PJ Bupati, dan itu swadaya loh. Bisa ngumpul seperti itu, luar biasa menurut saya,” pungkasnya.*