Setibanya di Bandar Udara Internasional Juwata Tarakan, Kalimantan Utara untuk melakukan kunjungan kerja, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim beserta rombongan disambut hangat dengan prosesi adat Tepung Tawar dilanjutkan dengan pemberian syal, ikat kepala Sesingal Tidung, dan Pedang Mandau oleh Gubernur Kalimantan Utara, Zainal Arifin Paliwang.
Mengawali kunjungan kerjanya, Menteri Nadiem bertemu pimpinan daerah se-Kalimantan Utara untuk menangkap masukan dari pemangku kepentingan di salah satu provinsi termuda di Indonesia ini. Pada kesempatan ini, Mendikbudristek turut menyosialisasikan kebijakan-kebijakan yang telah diterbitkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui program Merdeka Belajar, terutama kebijakan-kebijakan yang lebih berkeadilan sosial bagi daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).
“Inilah saatnya pemerintah pusat dan pemerintah daerah bergerak bersama mewujudkan sumber daya manusia (SDM) unggul melalui Merdeka Belajar terutama untuk kawasan 3T. Saya selalu yakin bahwa Kalimantan Utara dan Indonesia akan semakin maju kalau kita semua bergerak serentak mewujudkan Merdeka Belajar,” terang Menteri Nadiem, di Bandara Internasional Juwata Tarakan, pada Rabu (9/3).
Selanjutnya, Menteri Nadiem bertolak ke Universitas Borneo Tarakan (UBT) untuk meresmikan Gedung Laboratorium dan Perkuliahan Terpadu serta Gedung Laboratorium Sentral Ilmu Hayati yang terdiri dari Laboratorium Kimia dan Biologi. Di UBT, Menteri Nadiem menyempatkan berdialog bersama warga pendidikan tinggi se-Kalimantan Utara.
“Seperti arahan Pak Presiden, kita harus membangun Indonesia dari pinggiran. Dari perbatasan kita, dari Sabang sampai Merauke. Kita ingin memastikan bahwa Indonesia itu tidak hanya mengejar ketertinggalan, tapi harapan kami paling tidak pendidikan tinggi di Indonesia menjadi contoh bagi pendidikan di dunia yang akan dibahas pada 10 tahun yang akan datang,” ujar Menteri Nadiem di UBT.
Pada malam harinya, Menteri Nadiem pun menginap di rumah Calon Guru Penggerak, Ibu Zipora yang sehari-harinya mengajar di TK Filadefia Tarakan. Di sini, Menteri Nadiem mendengar cerita perjuangan Ibu Zipora sebagai pendidik untuk anak usia dini. “Banyak sekali pelajaran berharga yang dapat saya ambil dari beliau. Terima kasih banyak atas kesediaannya menjadi 'ibu kos' saya selama di Kalimantan Utara. Saya harap Ibu terus semangat mengikuti program Pendidikan Guru Penggerak,” ujar Menteri Nadiem.
Mengawali pagi di hari kedua kunjungan kerjanya, Menteri Nadiem mengantarkan Ibu Zipora mengunjungi salah satu rumah murid untuk mengajar. Satu mobil dengan Ibu Zipora, Menteri Nadiem berbincang banyak hal, mulai dari soal keluarga, sampai soal kebinekaan di Tarakan. Setibanya di rumah murid, Menteri Nadiem menemani Ibu Zipora mengajar tiga muridnya tentang udara.
Setelah selesai menemani Ibu Zipora, Menteri Nadiem melanjutkan kunjungan kerjanya berdialog dengan 41 Calon Guru Penggerak di SD Negeri 034 Tarakan. “Satu hal yang saya sadari saat mendarat di sini adalah kebinekaan yang luar biasa. Di sini saya merasakan itu. Selamat sudah menjadi daerah dan komunitas yang sudah mencapai level toleransi kebinekaan yang luar biasa,” ucap Menteri Nadiem mengawali diskusinya.
Selanjutnya Menteri Nadiem pun menyampaikan beberapa terobosan-terobosan yang telah diterbitkan Kemendikbudristek melalui Program Merdeka Belajar. Salah satunya, Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar. “Saya mengajak Calon Guru Penggerak mengunduh aplikasi Merdeka Mengajar dan mulai baca-baca. Terkait Kurikulum Merdeka, sekolah tidak perlu langsung berubah menjadi Kurikulum Merdeka, bisa bertahap agar transisinya nyaman,” ucap Menteri.
Dalam Kurikulum Merdeka ini, kata Menteri Nadiem, tidak ada lagi paksaan bagi sekolah untuk menerapkan kurikulum pembelajaran. “Tidak ada paksaan lagi. Bagaimana bisa terjadi perubahan apabila ada pemaksaan? Dalam Kurikulum Merdeka ini setiap sekolah boleh memilih. Yang mau Kurikulum 2013 silahkan, Kurikulum Darurat silakan, atau Kurikulum Merdeka yang sederhana dan sudah disempurnakan dengan fitur-fitur keren baru, silahkan,” tutur Menteri Nadiem.
Kepada Calon Guru Penggerak yang hadir, Menteri Nadiem mengatakan proyeksi guru penggerak untuk menjadi pemimpin perubahan terbaik di bidang pendidikan. “Melalui program ini, kita (pemerintah) tidak hanya ingin menjadikan mereka guru-guru yang hebat, tetapi yang lebih penting lagi adalah menjadikan mereka pemimpin perubahan terbaik,” tuturnya.
Sementara itu, untuk daerah 3T, Menteri Nadiem mengatakan keberadaan Program Guru Penggerak sangat penting untuk membawa perubahan di daerahnya. “Perubahan yang bisa dibawa oleh Guru Penggerak di daerah 3T pasti akan lebih besar lagi dampak positifnya. Untuk itu, program ini jauh lebih penting bagi daerah di 3T,” ucap Menteri Nadiem.
Tak luput, Menteri Nadiem pun menyampaikan kebijakan pengangkatan guru honorer menjadi Aparatur Sipil Negara Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (ASN PPPK). “Sekarang sudah 300 ribu guru honorer menjadi ASN PPPK. Kami terus mendorong pemerintah daerah (pemda) untuk membuka sebanyak-banyaknya formasi bagi guru honorer menjadi ASN PPPK. Anggarannya sudah disediakan pemerintah pusat. Jadi, mohon dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk meningkatkan kesejahteraan guru," ucap Menteri Nadiem. (Sumber: siaran pers Kemendikbudristek)