TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim menegaskan Kemendikbud tidak akan memberikan bantuan berupa peralatan canggih dalam Program Sekolah Penggerak.
Nadiem mengatakan program ini tidak terfokus pada perubahan sarana fisik di sekolah.
“Ini adalah bukan suatu perubahan yang kita lakukan, misalnya kita memberikan sarana prasarana yang super canggih. Semuanya yang bagus, bukan fokus pada sarana fisik sebenarnya,” ujar Nadiem dalam konferensi pers virtual, Senin (1/2/2021).
Mantan CEO Gojek ini mengatakan Program Sekolah Penggerak fokus pada perubahan proses pembelajaran.
Perubahan proses interaksi antar warga sekolah yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM).
“Perubahan proses bagaimana caranya murid murid dan guru berinteraksi, perubahan proses bagaimana caranya guru dan guru berinteraksi, perubahan proses bagaimana cara kepala sekolah dan para guru berinteraksi, dan bagaimana mereka berinteraksi dengan orang tua,” jelas Nadiem.
Dalam Program Sekolah Penggerak, Nadiem mengatakan Kemendikbud bakal melakukan pendampingan kepada para guru dan kepala sekolah.
“Fokusnya untuk peningkatan kapasitas SDM nya, pendampingan si kepala sekolah, pendampingan para guru-guru dalam sekolah penggerak, membantu membuat komunitas daripada praktisi di sekitarnya,” kata Nadiem.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim mengatakan tujuan Kemendikbud meluncurkan Program Sekolah Penggerak adalah untuk menghasilkan Pelajar Pancasila.
Menurutnya, sistem pendidikan di Indonesia bertujuan untuk menghasilkan para pelajar yang sesuai dengan profil Pelajar Pancasila
“Kita tidak mungkin bisa menjelaskan dengan cara lebih baik apa yang kita inginkan untuk sistem pendidikan kita, daripada ciri-ciri profil-profil daripada manusia yang kita inginkan pada saat mereka keluar dari sistem pendidikan kita,” ujar Nadiem dalam konferensi pers virtual, Senin (1/2/2021).
Nadiem memaparkan bahwa profil Pelajar Pancasila yang pertama adalah yang memiliki spiritualitas atau keimanan, serta bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia.
Menurut Nadiem, nilai-nilai ini adalah bentuk spiritualitas dan moralitas.
Nilai kedua dari profil Pelajar Pancasila adalah ke-bhinekaan global yakni sosok yang mencintai keberagaman dan mempunyai berbagai macam sudut pandang.
“Serta mencintai perbedaan pendapat dan punya perspektif global, karena masa depan kita adalah global. Di level apapun di masyarakat semua di masa depan kita, kompetisi kita pun akan global,” ucap Nadiem.
Gambaran Pelajar Pancasila yang ketiga adalah bergotong royong, yakni kemampuan bekerja dalam tim, kemampuan saling membantu, kemampuan berempati.
Menurut Nadiem, setiap aktivitas di masa depan pasti membutuhkan kerjasama yang kolaboratif dan produktif. Sehingga nilai gotong royong sangat dibutuhkan.
“Yang keempat adalah kreativitas atau kemampuan berpikir dengan perspektif perspektif berbeda. Kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang mungkin belum pernah terlihat, dan kemampuan, serta keberanian menemukan inovasi,” ungkap Nadiem.
Lalu nilai yang kelima adalah bernalar kritis.
Kemampuan memecahkan masalah yang belum diselesaikan.
“Ini adalah kemampuan bernalar kritis, kemampuan memproses informasi secara kritis,” kata Nadiem.
Sementara nilai Pelajar Pancasila yang terakhir adalah kemandirian.
Para pelajar diharapkan memiliki kemampuan untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat.