[caption id="attachment_9019" align="aligncenter" width="300"] Pebrian Indra Praja (tengah), Sulistianingsih (kiri), dan tim CLC Borneo Samudra[/caption]
Jakarta (Dikdasmen): Community Learning Center (CLC) Borneo Samudra merupakan satu dari puluhan peserta Lomba Motivasi Belajar Mandiri (Lomojari) bidang keterampilan yang digelar di Plaza Insan Pendidikan Berprestasi, Kompleks Kementerian Pendidikan dan Kebudayaaan, Senayan, Jakarta, pada 14-16 September 2015. Stan yang berdiri di lantai 1 Gedung Ki Hadjar Dewantara itu dipenuhi aneka bentuk produk kain perca.
Pebrian Indra Praja, Pengelola CLC Borneo Samudra, Sabah, Malaysia, mengatakan kerajinan perca masuk dalam muatan lokal yang diajarkan di sekolah. Jenis kerajinan ini dipilih lantaran bahan bakunya mudah didapat. Apalagi rata-rata orangtua siswa berprofesi sebagai penjahit. “Di setiap ladang banyak sekali penjahit. Kami dapatkan kain-kain tersebut dari tempat menjahit,” kata Pebrian di depan stan CLC Borneo Samudra, Senin, 14 September 2015.
Tak ada guru khusus yang mengajarkan keterampilan tersebut. Guru keterampilan diambil dari guru mata pelajaran karena keterbatasan jumlah personel. “Kami bentuk tim guru yang khusus melatih. Guru yang pandai berlatih membuat ini lalu kita latih anak-anak,” ungkap Pebrian.
Produk kain perca cukup beragam, di antaranya tas, bantal, bantal peluk, dan tempat laptop. Produk kreasi siswa itu kemudian dijual pada sejumlah pagelaran event yang melibatkan sekolah, antara lain Apresiasi Kreasi Seni, Olahraga, dan Ilmu Pengetahuan (APKRES), rapat orangtua, dan perlombaan olahraga di ladang-ladang kelapa sawit. Tiap bulan siswa menggelar dagangan di Pasar Gaji yang hanya buka sebulan sekali. “Pemesanan juga boleh. Pesan langsung buat,” ujar Pebrian.
Sulistianingsih, siswi kelas IX CLC Borneo Samudra, mengatakan selain mengedarkan produk buatannya di acara-acara tersebut, ia mengedarkan dagangan ke tetangga rumah. Hasilnya, katanya, cukup lumayan.
Sulis mengaku tak kesulitan belajar menjahit dan mendapatkan perca. Namun, ia merasa sulit mendapatkan dakron, salah satu bahan baku pengisi produk seperti bantal. “Kalau dakron beli di Indonesia. Di Malaysia tidak ada,” ucapnya. Orangtua Sulis bekerja sebagai buruh di ladang sawit milik pengusaha Malaysia.
Keikutsertaan CLC Borneo Samudra dalam Lomojari bidang Keterampilan tahun ini merupakan kali pertama, sedangkan untuk bidang Akademik yang ketiga kali. Mereka telah melalui proses seleksi yang digelar dalam APKRES di Sekolah Indonesia Kota Kinabalu pada 6-9 Agustus 2015.
Siswa CLC Borneo Samudra berjumlah 130 orang. Rata-rata anak Tenaga Kerja Indonesia yang bekerja di Sabah, Malaysia. Sekolah berada di dalam perkebunan kelapa sawit. Jadwal pembelajaran reguler Senin-Sabtu. Minggu diisi dengan kegiatan ekstrakurikuler.
Selaku Pengelola CLC, Pebrian mengaku kekurangan tenaga pengajar. Kini guru CLC yang dikelolanya berjumlah 5 orang. Ia bersyukur dibantu 4 guru SD yang letak sekolahnya dekat CLC sehingga guru yang mengajar di sekolahnya 9 orang. Ia berharap kepada pemerintah untuk menambah personel guru di sekolahnya. “Guru ditambah dan betul-betul diseleksi. Di sana bukan hanya butuh yang pandai mengajar, tapi juga pandai mendidik,” tegasnya.
Lomojari 2015 dibuka secara resmi oleh Mendikbud Anies Baswedan di Plaza Insan Pendidikan Berprestasi, Kompleks Kemendikbud, Senayan, Jakarta, Senin siang, 14 September 2015. Peserta Lomojari bidang Akademik berjumlah 23 SMP Terbuka dari 23 provinsi di Indonesia dan 1 SMP Terbuka di Sabah, Malaysia. Sementara Lomojari bidang Keterampilan diikuti oleh 44 SMP Terbuka dari 17 provinsi di Indonesia dan 24 SMP Satu Atap dari 14 Provinsi di Indonesia.
Ada 11 mata pelajaran yang dilombakan dalam Lomojari bidang Akademik berupa lomba cerdas cermat. Sedangkan Lomojari bidang Keterampilan melombakan 8 lomba. Para pemenang akan mendapatkan tabungan, medali, dan plakat. Seluruh peserta juga mendapatkan tabungan pendidikan dan mengikuti wisata edukasi.* (Billy Antoro)