Pada awal Januari 2022, pemerintah menggencarkan PTM 100% dengan catatan harus sesuai dengan ketentuan SKB 4 Menteri. PTM 100% ini diberlakukan berdasarkan karena landai kasus Covid-19 yang pada waktu itu sudah menurun. Setelah memberlakukan PTM 100% dalam kurun waktu kurang lebih dari 2 minggu, kemudian landai kasus Covid-19 kembali melonjak disusul dengan hadirnya kasus varian Omicron di Indonesia.
Dengan terpaksa karena demi keselamatan anak-anak Indonesia, pemerintah pun harus memberhentikan PTM 100% sesuai dengan kondisi landai kasus Covid-19, dan satuan Pendidikan pun kembali melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ).
Eka Wahyuning, S.Pd., Wakil Kepala SD Kristen Penabur Bintaro Jaya mengungkapkan, ketika menghadapi fenomena seperti ini sekolah tentunya tidak siap, karena segala sesuatunya mendadak namun mengharuskan sekolah tetap melakukan pembelajaran.
Dalam menghadapi kondisi tersebut Eka menyampaikan, semua aspek di dalam bidang pendidikan terutama guru, siswa dan orang tua harus bekerja sama. Tidak bisa hanya sekolah saja yang memberikan pembelajaran tanpa adanya kerjasama, apalagi siswa diharuskan untuk belajar di rumah.
“Jika melakukan PJJ tentunya guru tidak bisa memperhatikan murid 100% artinya, peran orang tua sangat penting dalam kegiatan pembelajaran jarak jauh di rumah,” tutur Eka Wahyuning, seperti yang dikutip dari Podcast yang tayang di channel Youtube Direktorat Jenderal PAUD, Dikdas dan Dikmen (23/02/22).
Oleh karenanya untuk menyiasati kendala tersebut, SD Kristen Penabur Bintaro Jaya di bawah naungan BPK Penabur Jakarta memberikan pelayanan yang terbaik. Salah satunya adalah dengan membekali guru tentang bagaimana cara menyampaikan materi secara baik, serta menyediakan platform yang mendukung pembelajaran untuk pembelajaran guru menggunakan platform zoom meeting.
Agar siswa semakin merasa berada di ruangan kelas pihak sekolah juga memfasilitasi kelas dengan pemakaian alat My View Board. Sebuah alat yang bentuknya layar besar dimana di dalamnya seperti komputer, untuk dapat dihubungkan ke kelas atau ruang meeting zoom.
Pemakaian media ini bertujuan agar siswa turut merasakan belajar layaknya di kelas, tidak hanya pemenuhan dalam bidang peralatan atau sarana dan prasarana saja, guru juga harus kreatif dalam mengajar siswa, belajar siswa tidak bisa harus selalu fokus untuk diam, siswa pasti akan merasa jenuh.
“Dengan banyaknya fasilitas yang kami sediakan tentunya kreativitas guru sangat penting, oleh karena itu kami juga membekali guru-guru kami dengan IT ( information teknologi ) yang baik. Sehingga dalam pembelajaran dapat menggunakan media seperti power point atau pun dalam bentuk video dan game. Kami menggunakan aplikasi Kahot, aplikasi quizizz dan sebagainya. Hal tersebut kemudian menggairahkan semangat belajar mereka meskipun dilakukan secara PJJ,” kata Eka.
Pada awal pengenalan fitur-fitur pembelajaran berbasis TI untuk pemenuhan PJJ, Eka Wahyuning mengatakan, guru di sekolah SD Kristen Penabur Bintaro Jaya tidak langsung 100% bisa langsung beradaptasi.
Eka melanjutkan, agar guru dapat memahami fitur-fitur media pembelajaran tersebut mereka menilai pelatihan baik untuk kepala sekolah maupun guru sangat penting diberikan. Dengan adanya pelatihan mengenai pengenalan fitur-fitur yang ada di zoom, game pembelajaran, My View Board akan menjadikan para guru manajer dalam satu kelas. Seperti menjadi host dalam zoom, bagaimana cara untuk share screen, hingga mengontrol anak-anak agar dapat mengexplore fitur-fitur secara bersama.
“Jika guru dan sekolah memiliki satu visi maka guru-guru pun akan mudah memahami pelatihan tersebut. Bahkan pihak sekolah menyediakan waktu khusus melakukan pelatihan untuk membekali guru-guru kami,” ujarnya. Selanjutnya kata Eka, selain memberikan pembekalan intelektual kepada guru untuk menghadapi pembelajaran jarak jauh. Pihak sekolah juga menjalin komunikasi yang baik dengan orang tua. Karena keberhasilan dari sebuah pendidikan tentunya ada kerjasama antara guru,orang tua dan siswa. “Jika sekolah sudah berhasil menyiapkan peralatan dengan baik dan metode pembelajaran menarik, tetapi bila hubungan komunikasi dengan orang tua, guru dan siswa tidak sejalan maka itu pun akan menjadi hambatan dalam proses pendidikan,” imbuh Eka Wahyuning.
Ia menegaskan tidak hanya anak-anak yang perlu perhatian khusus tapi juga harus ada jalinan komunikasi yang baik dengan para orang tua. Selain itu untuk memotivasi anak dan orangtua, pihaknya pun lanjut Eka, memberikan reward kepada siswa yang secara karakter menunjukkan sikap yang baik.
“Kalau dulu pada saat pembelajaran tatap muka ada jadwal guru piket dan sebagainya, tetapi kalau secara online ada kesepakatan kelas untuk ketepatan waktu hadir. Sesuai dengan kesepakatan bersama-sama pembelajaran jarak jauh tentunya, seperti tata tertib kemudian kesepakatan kelas lain nya. Pihak sekolah harus sosialisasikan kepada orang tua, jadi departemen siswa dan sekolah memberikan sosialisasi tata tertib selama PJJ. Jika ada anak yang memenuhi tata tertib dan menunjukan sikap serta karakter baik selama PJJ kami pun akan kasih reward untuk mereka,” tutupnya.
Sobat Belajar! agar dapat mengetahui lebih lanjut mengenai praktik baik SD Kristen Penabur Bintaro Jaya dalam melaksanakan pembelajaran selama PJJ, yuk simak video podcastnya di laman youtube Ditjen PAUD, Dikdas dan Dikmen berikut ini! https://www.youtube.com/watch?v=zy4_06LGjfI